Menghadapi Situasi Sulit dengan Keluarga Pasangan Anda

shutterstock
Salah satu tanda si dia berniat serius melanjutkan hubungan ke jenjang lebih jauh adalah dengan mengajak Anda ke rumahnya.
Memutuskan untuk menikahi si dia, berarti Anda juga memasuki keluarganya. Anda pun harus beradaptasi supaya bisa masuk dan diterima di lingkungan tempatnya tumbuh dan besar. Insting terutama pasti Anda ingin menciptakan kesan baik dan orang yang menyenangkan. Namun, ada kalanya Anda menemukan situasi sulit saat berusaha mencipta kesan baik di mata keluarga si dia. Bagaimana menghadapinya, coba cara-cara berikut;

Ingin menjadi sahabat
Akan lebih baik jika keluarganya menyukai Anda, ketimbang membenci Anda. Namun, ada kalanya Anda butuh privasi. Misal, jika mertua mengajak untuk makan siang bersama, padahal Anda sedang sibuk atau sedang tak ingin bertemu dengannya, cobalah untuk menolak halus dan mengatur jadwal lain. Jika memungkinkan, sarankan pula untuk menjadikannya ajang berkumpul dengan anggota keluarga lain. Anda tak mungkin menelantarkan atau menolak ajakannya terus menerus. Supaya suasana lebih seru, lebih banyak orang lebih baik.

Atau, jika si ipar menelepon untuk bisa berbincang atau sekadar datang dan main di rumah Anda, padahal Anda sedang sibuk, katakan, “Kedengarannya menyenangkan, tapi aku hanya punya 30 menit. Apakah akan jadi masalah?”

Membangun benteng pertahanan
Sepertinya masalah yang cukup umum. Namun, jika si suami ingin Anda berusaha lebih kuat untuk bisa akrab dengan keluarganya, atau Anda ingin sekali bisa akrab dengan mereka, biarkan waktu yang mencairkan hubungan dingin itu. Dalam satu acara bersama, Anda bisa mencoba untuk memuji tindakan atau sikap si suami di hadapan orangtuanya. Jika salah satu orangtuanya saja yang bersikap dingin pada Anda, cobalah untuk bersikap manis dan baik ke anggota keluarganya yang lain. Berhubungan baik dengan anggota keluarga lainnya menunjukkan niat Anda untuk bisa diterima dan memiliki niat baik.

Ingin merencanakan liburan, bersama-sama
Sekarang, saat Anda sudah resmi menjadi bagian dari keluarga besarnya, Anda pun diundang mengikuti perkumpulan keluarga besarnya. Namun, acaranya ternyata di rumah peristirahatan keluarga, selama berhari-hari, dan jauh dari mana pun. Lalu, tahun ini Anda diajak lagi. Bagaimana menolaknya? Anda bisa mengatakan, “Iya, tahun lalu seru banget, tapi sayangnya, tahun ini kami sudah buat rencana lain.” Atau, jika Anda menginap di hotel yang sama, upayakan untuk pindah lantai. Kembangkan waktu pribadi Anda dan si dia, jangan lupa untuk mengunci pintu kamar jika sudah saatnya istirahat atau ketika Anda dan suami sedang berada di kamar.

Meminjam uang
Ketika ipar Anda, atau kerabat dekat lain si suami yang meminta bantuan pinjaman uang dalam jumlah cukup besar, situasinya bisa jadi sangat sensitif. Sebelum merasa kesal, cobalah untuk dinginkan kepala, duduk dan diskusikan segala aspek mengenai keadaan tersebut. Apakah Anda berdua hanyalah opsi satu-satunya si kerabat tersebut untuk meminjam uang? Apakah dengan meminjamkan uang kepadanya keuangan Anda akan masih baik-baik saja? Apakah hal tersebut bisa merusak posting finansial Anda? Apakah Anda sudah menyiapkan dana tertentu untuk satu hal yang Anda butuhkan?

Jika Anda dan suami memutuskan untuk meminjamkan uang, jangan segan untuk menuliskan perjanjian yang ditandatangani kedua pihak mengenai pengembalian uangnya. Masalah uang adalah masalah yang sangat sensitif, bahkan bisa merusak hubungan baik sekalipun jadi rusak. Karenanya, lebih baik disetujui bersama mengenai pengembaliannya, dan si peminjam harus bisa menepati. Ini diperlukan, karena urusannya dengan hal yang diperlukan semua orang.

Datang dan pergi sesuka hati
Ketika akhirnya Anda dan suami memiliki waktu untuk berduaan di rumah, atau sedang menikmati waktu santai, tiba-tiba keluarganya datang. Wah, suasana yang sudah dibangun susah-payah, rusak begitu saja. Yang bisa Anda lakukan adalah dengan menyisipkan batasan-batasan waktu saat sedang berbincang, misalnya, “Kita lanjutkan bahasan soal film ini besok lewat telepon ya? Soalnya kalau sudah di atas jam 9, kami sudah merasa lelah sekali.” Atau minta si suami untuk maju dan bicara kepada keluarga Anda, misal, “Kami senang, kok, kalau kamu bisa datang, tapi dengan jadwal kami yang sibuk, akan lebih menyenangkan jika kamu beri tahu dulu kapan mau datang, supaya kami bisa menyiapkan waktu atau tidak pergi saat kamu datang.”

No comments:

Post a Comment