Sungai Tembung Dihuni Ular Bermahkota Emas ???

pm/jafar

KEHEBOHAN munculnya ular piton raksasa di Sungai Tembung menjadi misteri tersendiri. Atas dasar itu, POSMETRO MEDAN bergerak ke lokasi penampakan bersama paranormal, Raden Haryo Damar (RHD).

Dengan menumpang mobil Taft hitam milik RHD, tim berangkat dari markas POSMETRO MEDAN sekira pukul 15.30. Sekitar 500 meter mendekati lokasi, laju mobil yang sebelumnya lancar terpaksa terhambat akibat macetnya jalan. Belakangan diketahui, kemacetan timbul akibat tingginya antusias masyarakat yang ingin melihat langsung lokasi.

Setelah 15 menit terjebak macet, tim akhirnya tiba di lokasi sekira pukul 18.00. Di sepanjang alur sungai tampak ratusan warga silih berganti memandang ke arah sungai. Tidak ingin larut dengan suasana, tim memutuskan turun ke pinggir sungai melalui tembok sungai yang curam.

Sepuluh menit memantau, RHD meminta dicarikan mediator agar bisa berbicara langsung dengan penghuni sungai. Ketika sibuk mencari orang yang bersedia dijadikan mediator, RHD memutuskan sholat magrib.

Tak butuh waktu lama menemukan sang mediator. Dia adalah Agus Samsudin, pemuda asal Tanjung Balai yang merantau ke Medan dan kini bekerja di sebuah percetakan. Begitu RHD selesai sholat, kru memperkenalkan Agus kepada pria berjanggut itu.

Usai diberi pengertian dan tujuan ritual ini, tim kembali turun ke tepi sungai pukul 19.03. Pukul 19.05, pemanggilan sang penunggu sungai pun dimulai. Tiga menit kemudian, tubuh Agus mulai mengejang dan bersandar di dinding sungai sembari menggeram. Ah… ternyata si penunggu sudah masuk ke tubuhnya.

Tak ingin buang waktu, dialog pun berlangsung antara RHD dengan sang penunggu yang dimediatori Agus. Berikut dialog singkat yang berlangsung tujuh menit itu:

RHD: Maaf kami mengganggu. Kami cuma ingin tahu, Anda hewan jenis apa?

Penunggu: (Dengan suara menggeram) Ngapain kamu memanggil saya.

RHD: Maaf, kami tidak ingin mengganggu hanya ingin bertanya. Kenapa Anda marah hingga mengambil korban.

Penunggu: Aku marah karena saat pembuatan jembatan ini mereka (pengelola, red) tidak permisi.

RHD: Oh, berarti mereka tidak memberikan sesajen?

Penunggu: Iya.

RHD: Jadi kenapa Anda marah sama warga sekitar. Apa salah mereka. Apa mereka mengusik Anda?

Penunggu: Iya. Mereka tidak sopan. Mandi tanpa lapisan dan berteriak-teriak sesekali bicara kotor.

RHD: Memangnya di lokasi ini ada kerajaannya ya?

Penunggu: Ada.

RHD: Di mana lokasinya?

Penunggu: Di sana (sambil menunjuk ke arah seberang sungai).

RHD: Sampai kapan Anda akan meminta korban?

Penunggu: (tidak dijawab) tiba-tiba mengamuk dan hendak melompat ke sungai. (ketika ditahan RHD, langsung menggerutu sembari berteriak panas).

Tidak ingin suasana menjadi kacau, RHD memutuskan mengeluarkan sang penunggu dari tubuh Agus. Proses ini sempat menarik perhatian puluhan warga yang masih berdiri di tepi seberang sungai.

Setelah sang penunggu dipastikan telah pergi, kru mewawancarai Agus. Menurut penglihatan pemuda ini, yang memasuki raganya adalah seekor ular besar dengan mengenakan mahkota emas.

“Besarnya sama dengan pohon kelapa tua. Panjangnya kurang tahu pasti, karena dia (penunggu, red) tidak memperlihatkan tubuhnya hingga ekor. Tapi pastinya, seluruh wujudnya berbentuk ular dan berwarna belang-belang,” ungkapnya.

Masih kata Agus, ketika memasuki raganya, proses ritual dikawal seratusan anak buah sang penunggu. Selain berbentuk ular, di antara pengawal yang berbaris rapi itu ada seperti orang cebol atau kerdil. Mereka (pengawal, red) yang menyerupai manusia memegang senjata berupa tombak.

Begitulah, karena hari mulai gelap, tim akhirnya memutuskan kembali ke markas POSMETRO MEDAN dan tiba di gedung Graha Pena sekira pukul 19.45. Menit berikutnya, RHD kembali ke tempat prakteknya di Jl. Medan-Tanjung Morawa, Km.11,5 tepat depan Hotel Halay Inn Medan.(hiras)

No comments:

Post a Comment