PT DARTA MEDIA INDONESIA
Oleh:
M ADITYA PUTRA
F
709210043
STATE UNIVERSITY OF MEDAN
2010
Apa Itu Kaskus?
Kaskus merupakan suatu sarana berbisnis
yang jika dilihat hanya seperti sebuah bisnis yang maya, akan tetapi pemikiran
seperti ini keliru sebab yang maya itu bukanlah bisnis yg ada didalamnya
melainkan sarana bisnisnya itu yg maya, karena menggunakan perantara berupa
jaringan yang kita sebut internet. tetapi kenyataannya bisnis yang ada dalam
kaskus itu sendiri sangatlah nyata/real.
kaskus sendiri bukan hanya tempat untuk
berbisnis tetapi, kaskus juga bisa sebagai media berita dan forum bebas bagi
kaskuser dan orang lain.
Dalam bisnis jual-beli di kaskus memiliki
banyak kategori ada dari kategori barang antik sampai barang saat ini, tetapi
di dalam jual-beli barang tersebut kategori yang paling banyak di
perjual-belikan adalah kategori elektronik, dimana dikaskus juga terdapat
banyak iklan-iklan. menurut saya Kaskus adalah merupakan sarana berbisnis yang
baik.
kaskus ini jika dilihat secara global
termasuk dalam bagian Intensif, karena semua orang dapat mengakses kaskus hanya
dengan menggunakan internet saja dan dimana yang kita ketahui pada
daerah-daerah berkembang dan negara-negara berkembang internet itu sudah bukan
merupakan sesuatu yang sulit dijangkau. contohnya saja di amerika layanan
internet bisa kita dapatkan dimanapun kita berada dan semua itu free.
Tetapi jika kita melihat dari segi
daerah-daerah terbelakang bagi mereka yang berada di daerah-daerah tersebut
kaskus itu sendiri bisa dibilang merupakan sesuatu yang selektif dan bisa jadi
disebut sesuatu yang eksekutif, sebab kebanyakan layanan internet sangat kecil
untuk di gunakan dan biasanya tempat-tempat ini berada di pedalaman atau
pinggiran suatu kota atau negara, sehingga jaringan internet belum sampai ke
daerah-daerah tersebut. Jadi, dalam pembagian kaskus ini kita harus melihat
dari lokasi atau tempat dan itu dilihat secara global atau secara non global.
Pagi itu di kantornya, kami bertemu Andrew Darwis, pemuda lulusan Art
Institute of Seattle Computer Science, Seattle, Amerika Serikat. Usianya baru
31 tahun, berperawakan tinggi kurus, berkulit putih dengan gaya rambut model
terkini. Ia memakai safari berwana biru dibalut celana jeans dan memakai sepatu
kets. Gayanya nyaris tak beda dengan anak muda kebanyakan. Gembira dan
menyenangkan.
Andrew Darwis adalah pendiri
sekaligus pemilik situs komunitas terbesar di Indonesia Kaskus. Ia mendirikan
Kaskus pada 6 November 1999 saat dia masih kuliah di Seattle. Bicara soal
Kaskus, Andrew selalu berbicara tentang dua kenekatan yang dia lakukan.
“Saya datang ke Amerika boleh
dibilang modal nekat, orangtua saya tak punya cukup banyak uang untuk membiayai
saya. Saya bilang modali berangkatnya saja dulu, nanti urusan biaya hidup, saya
akan usaha sendiri,” kata Andrew kepada orangtuanya setelah ia lulus dari
Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Itulah kenetakan pertama yang dilakukan
Andrew.
Andrew lalu mendarat di Amerika
dan mendaftar kuliah di Art Institute of Seattle Computer Science, Seattle
tahun 1998. Banyak yang mengira Andrew seorang progammer, tapi sebenarnya
bukan. “Di tempat kuliah, saya malah belajar audio video, editing, dan desain
grafis menggunakan komputer.” kata Andrew.
Berdirinya Kasak-Kusuk (Kaskus)
Setahun kemudian, dosennya
memberikan tugas kelompok untuk membuat portal. Tidak seperti mahasiswa lain
yang membuat portal pribadi mirip blog, Andrew bersama dua rekannya, Ronald dan
Budi, membuat portal yang berisi berita dan informasi tentang Indonesia.
“Waktu itu perkembangan internet
belum seperti sekarang, mahasiswa atau orang Indonesia yang tinggal di Amerika
masih sulit mengakses informasi tentang Indonesia,” ujar Andrew mengemukakan
alasan.
Konsep
awal Kaskus se benarnya adalah situs yang mampu mengentaskan dahaga mahasiswa
Indonesia di luar negeri akan kampung halaman melalui berita-berita Indonesia.
“Sayangnya tak ada di antara kami yang bisa menulis berita, akhirnya kami hanya
mere-write berita-berita tentang Indonesia dari CNN,” ujar Andrew.
Portal itu diberi nama “Kaskus”,
singkatan dari Kasak-Kasuk. Andrew memang menginginkan nama yang unik,
sederhana, tapi mudah diingat seperti Google atau Yahoo.
Dengan membeli server seharga 3
dollar saja, Andrew dan kawan-kawan mulai membangun Kaskus pada 6 November
1999.
Setelah mendapat nilai bagus dari
dosennya, mereka terus mengolah dan mengisi portal tersebut dengan bermacam
konten. Bergantian mereka menulis bermacam hal. Mulai dari berita-berita
hangat, acara-acara komunitas Indonesia di Amerika, sampai informasi jual-beli.
Setelah sekian lama, ternyata
malah seksi forum di portal tersebut yang berkembang. Kaskuser (sebutan anggota
Kaskus) yang kebanyakan mahasiswa Indonesia di Amerika saling bertukar
informasi di forum itu. Misalnya tentang harga sewa apartemen murah atau
informasi pekerjaan di restoran-restoran. Kaskuser juga sering melakukan jual
beli seperti kaset, CD, kaus, dan barang-barang lain.
Namun, saat itu Kaskus belum
menghasilkan uang buat mereka, “Kami kerjakan dengan senang hati, dan belum
bisa jadi sumber pemasukan ketika itu,” jawab Andrew.
Berapa lama kemudian karena
berbagai kesibukan, Ronald dan Budi mundur dari Kaskus karena
menganggap Kaskus sama sekali tidak menghasilkan keuntungan, hanya menghabiskan
waktu yang mereka punya. Hanya
Andrew yang kemudian bertahan, dan mengelola sekaligus menjadi moderator bermacam kategori
forum di Kaskus.,
“Orientasi saya bukan uang,
melihat anggota bertambah satu orang saja, senangnya bukan main,” kata Andrew
menceritakan alasannya bertahan. Seiring waktu, semakin hari semakin banyak
anggota baru yang mendaftar. Mereka umumnya ingin membeli atau menjual barang.
Akhirnya Kaskus indentik sebagai Forum Jual Beli (FJB). namun
Kaskus terpaksa vakum selama 8 bulan.
“Lalu Ken datang ke Amerika dan memberitahu
saya hal penting,” ujar Andrew. “Dia bilang kalau penggemar Kaskus di Indonesia
cukup besar,” lanjutnya. Ken yang juga sepupu dari Andrew memaksanya untuk
pulang dan mengaktifkan Kaskus kembali. “Sayang teknologinya sudah ada tapi
tidak dipakai,” saran Ken.
“Ini kenekatan saya yang kedua,”
kata Andrew sambil tersenyum. Apa pasal? Setelah bertahun-tahun tinggal di
Amerika, lalu pulang ke Indonesia dan membangun perusahaan berbasis internet
networks tentu tindakan yang terbilang nekat. Apalagi Kaskus masih belum begitu
dikenal. Tapi Andrew telah bulat memutuskan pulang ke Indonesia pada tahun
2008.
Dia membeli server di Kanada dan
mulai merancang manajemen Kaskus. Selama dua bulan Andrew bersama temannya, Ken
Dean, membenahi Kaskus sebelum benar-benar menjadi perusahaan profesional.
Kaskus kemudian diaktifkan kembali dengan
konsep berbeda. Situs ini tak lagi diisi oleh berita-berita CNN, melainkan
menjadi sebuah forum di mana tulisan-tulisan diposting sendiri oleh para
kaskuser (pengguna Kaskus). Konsep tersebut membuat pengunjung Kaskus
meningkat. “Orang Indonesia memang dasarnya cerewet makanya ketika konsep
diganti menjadi forum online, makin tambah ramai,” ujar Andrew sambil tertawa.
Dibukanya kebebasan bagi para member untuk
memposting tulisan mereka, membuat Kaskus kebanjiran konten-konten porno. Hal
ini yang mendorong Andrew untuk menyediakan rubrik khusus berbau seks dengan
nama BB-17. “Bila di sejumlah wilayah Indonesia ada wilayah lokalisasi PSK, di
situs ini kami juga menyediakan lokalisasi untuk konten-konten porno itu
daripada mereka memposting semua konten itu di sembarang tempat.” ujarnya.
Sejak
saat itu diakui Andrew, Kaskus identik dengan situs porno, padahal masih banyak
rubrik lain yang bermanfaat. “Waktu server
sampai, kami pikir kami bisa langsung set up dan berjalan. Tapi ternyata belum
karena saat itu Indonesia sedang ramai isu UU Porografi dan UU ITE, kami sempat
bingung, jangan-jangan langsung dibanned,” kata Andrew menyoal tuduhan miring
terhadap Kaskus sebagai situs dewasa. Sebagai
bentuk kesadaran, Andrew mengambil keputusan untuk menghapuskan BB-17 dan
membersihkan Kaskus dari konten porno.
“Anehnya pengunjung Kaskus bukannya
berkurang tapi malah bertambah terutama member perempuannya,” tuturnya. Dari
sebelumnya hanya 400 ribu pengguna meningkat menjadi 960 ribu pada 2009, di
mana 75%-nya adalah pengunjung loyal. Selain itu 95% server yang digunakan
Kaskus dipindahkan dari Amerika ke Indonesia untuk meningkatkan kualitas dan
kapasitas akses pengguna.
Seiring dengan bertambahan jumlah kaskuser,
konsep situs Kaskus pun mulai cenderung berubah sebagai market place. Lambat
laun banyak yang menggantungkan hidupnya dengan berjualan di Kaskus. “Seorang
kaskuser ada yang menjual keripik pisang di Kaskus dan jualannya sangat laku
hingga 3.000 order per hari, tak hanya itu ada pula yang kerjaannya menjual
kamera di Kaskus dan setiap minggu dia bisa menghasilkan omset hingga 100 juta
rupiah,” tutur Andrew.
Dilirik Google
dan Yahoo
Kini dengan kapitalisasi anggota
mencapai jutaan orang, Kaskus bertengger di urutan 6 dari 10 besar situs yang
paling sering dikunjungi di Indonesia dan menjadi situs komunitas nomor 1 di
Indonesia.
Andrew pun tinggal memetik hasil
jerih payahnya. Kaskus tak perlu lagi terlalu repot berpromosi, karena nyaris
semua pengguna internet di Indonesia kenal Kaskus.
Hanya dalam tempo dua tahun sejak
dikelola di Indonesia, Kaskus telah meraih 3 penghargaan bergengsi. Dari
Microfost sebagai Indonesia Innovative Top Web Site (2008), dari Indosat
sebagai The Online Inspiring (2009) dan mendapatkan gelar The Greatest Brand Of
The Decade dari Marketeers Award (2010).
Menyimak keberhasilannya, sejumlah
pihak mulai mendekati Kaskus untuk dibeli. Kabarnya Goggle dan Yahoo pernah
mengajukan penawaran. Tapi Andrew belum mau melepas Kaskus begitu saja.
“Saya tak penah ingin menjual
Kaskus dengan sistem jual putus, kecuali penanaman modal oleh investor, itu pun
kami lihat dulu apakah visi kami sama dengan mereka,” ujar Andrew.
Andrew dengan tegas menolak investor yang belum-belum sudah menghitung
target keuntungan. Andrew mengaku tidak menomorsatukan iklan. Ia ingin memegang
teguh kepercayaan jutaan orang terhadap Kaskus sebagai forum komunitas paling
nyaman dan bebas bersuara. Andrew ingin para kaskuser terus menikmati
kenyamanan yang mereka sajikan tanpa terganggu komersialisasi.
“Kami senang karena situs yang kami buat
ini bisa membantu orang lain dan berperan serta memajukan “ekonomi kerakyatan,”
canda Andrew.
Mempertahankan
Kaskus
Demi mempertahankan member yang sudah ada,
Andrew dan Ken memiliki trik tersendiri. Mereka berusaha untuk mendekatkan diri
kepada para member dan mau mendengarkan serta merespon keluhan yang mereka
sampaikan dengan baik. “Lagipula Andrew gampang dikontak sehingga member
memiliki ikatan yang kuat dengan kami,” sahut Ken.
Menurut Ken industri kreatif seperti yang
mereka lakukan saat ini memiliki prospek bisnis yang bagus. “Bisnis ini ibarat
tanah kosong di Sudirman yang di masa datang, nilainya akan semakin tinggi,”
ungkap Ken. Menurutnya dalam bisnis internet, pengusaha bisa melakukan trial
and error dengan mudah, sehingga mereka tidak perlu takut gagal karena tidak
ada konsekuensi materil yang besar. Namun menurut Ken agar industri seperti ini
bisa maju, harus dilakukan oleh banyak pemain secara massal untuk menghasilkan
persaingan yang luas dan ketat.
“Harus ada keinginan kuat dari masyarakat
Indonesia untuk mengembangkan industri kreatif ini. Sehingga pada saatnya nanti
masyarakat Indonesia tidak perlu lagi mengakses situs buatan luar negeri,” ujar
Ken. Bahkan boleh jadi nantinya situs Indonesia pun digemari masyarakat dunia.
Perkembangan
Kaskus
Pada bulan Agustus 2005, PC Magazine
Indonesia memberikan penghargaan kepada situs Kaskus sebagai situs terbaik
dan komunitas terbesar, kemudian Kaskus terpilih kembali sebagai website
terbaik pilihan pembaca PC Magazine pada 2006.
Pada
tanggal 23 Mei 2006 manajemen Kaskus terpaksa mengubah domain dari .com menjadi .us, karena penyebaran virus
Brontok
yang dibuat dengan tujuan menyerang situs-situs besar Indonesia dimana Kaskus
masuk dalam target penyerangan.
Awal
April 2007, manajemen Kaskus menambah 2 server baru untuk meningkatkan
performance situs Kaskus (Dell Server).
Pada
tanggal 16—17 Mei 2008,
Kaskus diserang menggunakan teknik DDoS (Distributed Denial of Service) oleh oknum yang
diduga berasal dari komunitas YogyaFree.[8]
Serangan ini menyebabkan database Kaskus corrupt sehingga administrator
terpaksa mengunci thread-thread yang ada.
Penyerangan
tersebut diduga terkait dengan peristiwa perusakan (deface) situs
YogyaFree beberapa hari sebelumnya.[8]
Penyerang yang mengklaim dirinya sebagai salah satu anggota Kaskus juga
melontarkan celaan yang bernada mengejek di salah satu bagian forum YogyaFree.
Hal tersebut membuat beberapa anggota YogyaFree berang, dan kemudian balik
menyerang Kaskus dengan DDoS. Akibatnya, administrator Kaskus terpaksa
mematikan server Kaskus.[8]
Perang
cyber antara kedua komunitas ini akhirnya selesai ketika kedua pengelola situs
menandatangani memorandum online untuk menyudahkan pertikaian di antara
keduanya. Pesan tersebut dipampang selama beberapa minggu di halaman situs
masing-masing.
Meskipun
kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan ini cukup berat,[8]
administrator Kaskus menjanjikan bahwa Kaskus akan kembali normal pada bulan Juli 2008,
seiring dengan diluncurkannya server baru Kaskus di gedung Cyber, Jakarta.[8]
Namun, ia juga mengatakan bahwa data-data yang akan dimunculkan kembali adalah
data yang dimuat sebelum tahun 2008, sementara data yang dibuat selama tahun
2008 tidak dapat dimunculkan kembali.
Pada
Juli 2008, Pengelola Kaskus
akhirnya memutuskan untuk mengoperasikan server Kaskus di Indonesia. Untuk
keperluan tersebut Kaskus membeli 8 server Dell PowerEdge 2950 dan dioperasikan
melalui jaringan open IXP. Akibat dari ini akses Kaskus berlipat ganda dan
akhirnya pengelola berencana menambahkan 8 server lagi sehingga total yang akan
beroperasi di bulan September adalah 16 server.[3]
Sebelum
UU ITE diberlakukan, Kaskus memiliki dua forum kontroversial, BB17 dan Fight
Club. BB17 (kependekan dari buka-bukaan 17 tahun) adalah sebuah forum
khusus dewasa dimana pengguna dapat berbagi baik gambar maupun cerita dewasa.
Sementara itu, Fight Club adalah forum yang dikhususkan sebagai tempat berdebat
yang benar-benar bebas tanpa dikontrol. Seringkali masalah yang diperdebatkan
berkaitan dengan SARA.
Penghinaan terhadap suku dan agama lazim terjadi.
Setelah
diberlakukannya UU ITE, Kaskus segera menutup BB17 karena bertentangan dengan
UU ITE tentang penyebaran materi pornografi.[9]
Fight Club diubah namanya menjadi Debate Club. Fight Club dan Debate
Club pada dasarnya memiliki fungsi yang sama sebagai tempat untuk berdebat,
hanya saja kontrol di Debate Club diperketat. Setiap thread baru yang
dibuat user terlebih dahulu disensor oleh moderator. Bila dianggap tidak
layak dan membahas SARA, maka thread itu akan dihapus.
Untuk
menghapus citra negatif Kaskus sebagai media underground[10]
dan situs porno[9],
Kaskus mengubah tampilannya pada tanggal 17 Agustus
2008.[11]
Tampilan baru kaskus dibuat penuh warna. Selain itu, Kaskus juga menambahkan
fitur-fitur baru seperti blog dan Kaskus WAP.
Pada tahun 2008 Kaskus juga dijuluki Microsoft sebagai
KASKUS Web Site that recognized as Indonesia Inovative Top Web Site dan pada
tahun 2009 dijuluki oleh Indosat sebagai The Online Inspiring Award.
Tidak salah memang Kaskus mengklaim sebagai The Largest Indonesian Community
seperti yang dipake sebagai taglinenya. Buktinya, ada 2 juta lebih Kaskuser
(sebutan untuk member Kaskus) saat ini, 200 juta lebih jumlah tulisan
(postingan) yang ada di sana, bahkan mencatat 25
juta pageviews per hari! Kaskus juga merupakan website asli
Indonesia yang menempati posisi paling atas di Alexa,
bahkan di atas Detik.com.
Selain merupakan sebuah brand komunitas, Kaskus yang
‘dilahirkan’ 10 tahun lalu oleh Andrew Darwis
yang sedang kuliah di Amerika Serikat juga merupakan sebuah brand komersial.
Kaskus dikelola oleh PT Darta Media Indonesia, perusahaan yang didirikan oleh
Andrew sekembalinya di Indonesia, yang menangani urusan operasional, teknis
server, hingga marketing. Kaskus mendapatkan pemasukan dari iklan serta donasi
para Kaskuser, yang utamanya digunakan agar Kaskus tetap bisa beroperasi. Nilai
iklannya pun cukup fantastis, puluhan hingga hampir dua ratus juta rupiah per
bulannya!
Kaskus berisi berbagai sub forum tentang berbagai macam hal yang
biasa diobrolkan di dunia nyata. Dari hal-hal tentang kehidupan sehari-hari,
gosip, teknologi, politik, debat, seni, bisnis, hingga yang aneh-aneh seperti
sub forum supranatural. Kaskus juga memiliki marketplace
yang bernama Forum Jual
Beli, dimana setiap Kaskuser bisa menjual dan membeli hampir
barang-barang apapun. ‘Pasar Rakyat’ ini tidak bisa dipandang sebelah mata,
karena perputaran uang di FJB setiap bulannya mencapai lebih dari 150 miliar
rupiah per bulannya!
Kaskus pun sangat dicintai oleh anggota komunitasnya.
Buktinya adalah para Kaskuser sangat suka membuat hal-hal bermanfaat yang
bertema Kaskus. Salah satunya adalah penyanyi hip hop Saykoji (id kaskusnya: saykojigor), yang saking
cintanya dengan Kaskus, dia sampai membuat Kaskus Anthem, yang dapat
didownload dengan cuma-cuma oleh pengguna Internet! Kaskuser yang “rakyat
biasa” pun tidak kalah cintanya kepada Kaskus. Yang paling sering dilakukan
adalah membuat kaos-kaos Kaskus, jadi jangan heran kalo kemana-mana suka
ngeliat ada yang pake kaos Kaskus aneka warna dan corak, dengan logo Kaskus dan
tagline-nya
yang terlihat. Banyak juga yang buat wallpaper
Kaskus yang keren-keren banget. Nah, ekstrim banget nih orang, bahkan
sampai ada yang bikin game
Facebooknya segala!
Kalau melihat Kaskus kaya sekarang
ini, kira-kira apa ya yang membuat Kaskus sangat populer?
Kalau dilihat-lihat menurut New Wave
Marketing-nya Pak Hermawan
Kartajaya, ternyata Kaskus adalah sebuah brand yang sangat New Wave!
Hampir semua ciri-ciri dan aplikasi dari New Wave Marketing dapat ditemukan di
Kaskus.
Pak Hermawan Kartajaya menceritakan bahwa marketing
gaya lama sudah mati, dan sekarang adalah eranya New Wave Marketing.
Di sana,
pak Hermawan menceritakan summary apa itu New Wave Marketing. Nah, disini kami
akan menunjukkan unsur-unsur Marketing Value era New Wave (Character, Care, dan Collaboration)
yang dimiliki oleh Kaskus sebagai brand komunitas. Hal-hal ini membuat kami yakin bahwa
Kaskus adalah brand 100% made in Indonesia yang New Wave banget!
Unsur New
Wave Marketing Value yang pertama
adalah Character
(karakter). Karakter yang dibangun sejak Kaskus pertama
‘dilahirkan’ adalah tentang kebebasan berekspresi. Tidak ada hak mengemukakan
pendapat yang dibungkam di Kaskus, selama menaati norma-norma yang berlaku
tentunya. Kebebasan berekspresi inilah yang membuat Kaskus berisi konten-konten
yang sangat variatif sekali. Bahkan berita-berita yang ada di Kaskus beberapa
kali ‘mendahului’ keluarnya berita di media-media lainnya di Indonesia, baik
cetak maupun Internet. Salah satu contohnya adalah tentang bom di Kuningan Juli
lalu. Dua menit setelah ledakan, Kaskuser yang ada di sekitar TKP memfoto TKP
dan mengirimkannya di Kaskus. Sepuluh menit kemudian, berita tersebut baru
menyebar di televisi nasional.
Karakter Kaskus berikutnya adalah tentang identitas. Kaskuser memiliki
istilah-istilah unik yang disepakati bersama secara tidak langsung sebagai
bahasa dan identitas Kaskuser. Beberapa di antaranya adalah agan/juragan,
sapaan akrab kepada Kaskuser lain. Pertamax, untuk menyebut reply pertama kali
terhadap satu thread. Juga momod dan mimin, sapaan akrab terhadap moderator dan
admin. Ada lagi cendol dan bata untuk menyebut Good Reputation Point dan Bad
Reputation Point.
Unsur kedua dalam
New Wave Marketing Value
adalah Care
(kepedulian). Kaskus adalah sebuah brand yang sangat menunjukkan kepedulian dan
penghargaan. Bagi sesama Kaskuser, kepedulian ditunjukkan dengan memberikan
rating (bintang 1-5) atau cendol bagi thread yang dianggap bermanfaat oleh
Kaskuser lain. Bagi thread-thread yang dianggap bermanfaat untuk dibaca seluruh
Kaskuser, administrator Kaskus membuat thread tersebut menjadi ‘hot thread’
sehingga tampil di halaman depan Kakus. Sebuah penghargaan besar bagi Kaskuser
yang membuat thread tersebut apabila threadnya menjadi ‘hot thread’.
Kepedulian berikutnya ditunjukkan oleh sikap perusahaan yang menaungi
Kaskus (PT Darta Media Indonesia) kepada para anggotanya. Apabila mau,
sebenarnya Kaskus bisa meraup untung lebih banyak dengan menambah jumlah
banner-banner iklan. Namun, karena mereka berorientasi kepedulian dan penghargaan
kepada anggota komunitasnya, banner-banner iklan yang tersedia tidak terlalu
banyak jumlahnya dan tidak mengganggu aktivitas diskusi di forum (sumber).
Kaskus juga dijamin akan selalu jadi produk Indonesia, karena Kaskus tidak akan
dijual kepada pemegang saham asing .
Meskipun perusahaan internet dunia, seperti Yahoo, Google
dan Microsoft telah menghubungi Kaskus untuk bekerja sama. Bahkan selama
sepuluh tahun eksistensinya, Kaskus berjanji untuk selalu
mengedepankan sumber daya lokal yang ada, baik sumber daya manusia maupun
sumber finansial.
"Mereka (Yahoo, Google dan Microsoft) sempat
mengajukan beberapa kerja sama, khususnya dalam menggunakan teknologi yang mereka
miliki untuk Kaskus. Namun kami lebih suka mencari orang-orang pintar di
Bandung atau di Yogya untuk memaksimalkan kemampuan yang mereka miliki demi
perkembangan Kaskus. Toh, banyak juga Kaskuser yang pintar-pintar,"
New Wave Marketing Value yang ketiga
alias terakhir adalah tentang Collaboration (kolaborasi). Sudah sangat
jelas bahwa forum seperti Kaskus adalah sarana kolaborasi raksasa. dua juta lebih
Kaskuser tentu tidak mungkin diakomodir dalam satu kegiatan atau pertemuan
saja. Oleh karena itu, Kaskuser yang ada di provinsi-provinsi, kota-kota,
bahkan kampus-kampus se-Indonesia membuat Kaskuser regionalnya
masing-masing. Juga di luar negeri yang ada di hampir semua benua.
Masing-masing regional ini bebas melakukan kopi darat dan mengadakan
kegiatannya masing-masing. Dari kolaborasi menanggapi sebuah isu sosial,
kolaborasi donasi untuk membantu korban bencana, kolaborasi dalam bentuk
kopi-kopi darat, sampai kolaborasi untuk menunjukkan kecintaan terhadap
Kaskus, bicara tentang Kaskus artinya bicara tentang kolaborasi
massal.
Tidak heran, Kaskus saat ini ke depannya akan tetap
menjadi The Largest
Indonesian Community. Dari barat ke timur Indonesia, hingga ke
hampir seluruh benua di dunia, semua Kaskuser tersebar. Dari ‘hanya’ 628ribu
lebih member di tengah tahun 2008 menjadi empat kali lipatnya
di akhir tahun 2010. Bayangkan tahun depan berapa banyak lagi jumlahnya.
Tentu saja hal ini akan berbanding lurus dengan nilai bisnis (iklan)-nya, yang
pastinya akan dikembalikan untuk perkembangan Kaskus lagi.
Dari tiga Marketing
Value yang dimiliki Kaskus saja, belum lagi melihat taktik
pemasaran, pilar-pilar marketingnya, dan konektor-konektornya, sudah sangat
terlihat bahwa Kaskus adalah sebuah brand yang sangat horisontal, humanis, dan
dicintai komunitasnya. Ya, ini semua karena Kaskus adalah sebuah brand Indonesia
yang “New Wave” banget!.
Kaskus Kedepannya
Memang, kelebihan Kaskus yang paling diminati oleh para
pengunjungnya adalah sifatnya yang "underground" dan mengutamakan
{freedom of speech} (kebebasan berbicara). Hal inilah yang dimanfaatkan oleh
orang-orang pintar di Kaskus untuk menunjukkan kebolehannya, bahkan kebolehan
yang "berbahaya" dan kerap mengundang kontroversi sekalipun.
Kaskus ini juga
kalau dilihat dari tipe channel yang berbasiskan internet dapat digolongkan
sebagai Shopping agents (e-agents) dimana membantu para konsumer yang menggunakan
layanan jasa internet untuk memperoleh data tentang produk apa yang mereka
butuhkan dan bagaimana mereka menghubungi orang untuk memesan atau membeli
barang tersebut dalam rangka untuk membuat keputusan pembelian. Jadi
lewat kaskus ini para calon pembeli dapat secara visual melihat calon barang
yang akan dib eli
dan membandingkannya dengan barang lain baik dari sisi harga, ataupun feature
yang ada.
yuk main judi sabung ayam
ReplyDeleteAgen BolaVita - Sportbook - Casino - Togel - SabungAyam - Poker - Bola Tangkas
TERBESAR DAN TERPERCAYA Sedang Mengadakan PROMO MENARIK 2018
1. agenpialadunia2018-blog.logdown.com